All About Iman, Islam, and Ihsan
Kamis, 21 Juli 2016
0 Komen
ANTARA IMAN,ISLAM DAN IHSAN
Dari dulu hingga sekarang ini, semua memfonis tentang islam yang nggak-nggak. Kalau kita mau mengkaji tentang islam yang secara mendalam. Pasti kita akan merasa malu pada diri kita sendiri.
Dibawah ini ada sedikit tanya jawab yang mungkin jika sobat mau menelaah dan membacanya, insya alloh akan sedikit nemu ilmu tentng Islam.
Apakah Ihsan
Pertanyaan:
Ada sebuah pengajian yang sudah berlangsung lama.
Pengajian diharapkan bisa mengarahkan jama'ah untuk
mengerti dan memahami apa hakikat dari mereka mengaku orang Islam.
Pengajian diharapkan bisa mengarahkan jama'ah untuk
menjalankan atau menerapkan apa yang dipelajari, dilihat, didengar kedalam
kehidupan sehari hari sebagai wujud dari pembelajaran tersebut.
Fakta nya , jama'ah pengajian masih tetap suka melakukan apa
yang tidak dianjurkan oleh Islam. Apakah ini yang disebut dengan sebuah
proses ? Sebuah fase bermetamorfosis ?
Bisa jadi demikian, bila mereka baru sekali mengikuti
kegiatan pengajian.
Pertanyaannya , bagaimana bila mereka telah berkali kali
hadir dalam sebuah pengajian, tapi tidak ada perubahan ?
Yang salah ustadz atau jama'ahnya ?
Kenapa jama'ah masih ada yang bergunjing, berkeluh kesah ,
berkata dengan kasarnya, bahkan masih ada yang ber putus asa ?
Jawaban:
Pertanyaan yang sering dipertanyakan
Yang salah Ustadz atau Jama'ahnya ?
Setelah kami kaji permasalahannya adalah pada umumnya ustadz
hanya menyampaikan 2 pokok agama dari 3 pokok agama yang harus disampaikan
kepada jama'ahnya
3 pokok agama tersebut ada disampaikan dalam hadits seperti,
Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah
menceritakan kepada kami Jarir dari Umarah -yaitu Ibnu al-Qa'qa'- dari Abu
Zur'ah dari Abu Hurairah dia berkata,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Kalian
bertanyalah kepadaku'. Namun mereka takut dan segan untuk bertanya kepada
beliau.
Maka seorang laki-laki datang lalu duduk di hadapan kedua
lutut beliau, laki-laki itu bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah Islam itu?
'
Beliau menjawab, 'Islam adalah kamu tidak menyekutukan
Allah dengan sesuatu apa pun, mendirikan shalat, membayar zakat, dan
berpuasa Ramadlan.'
Dia berkata, 'Kamu benar.' Lalu dia bertanya lagi, 'Wahai
Rasulullah, apakah iman itu? '
Beliau menjawab, 'Kamu beriman kepada Allah,
malaikat-Nya, kitab-Nya, beriman kepada kejadian pertemuan dengan-Nya,
beriman kepada para Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari kebangkitan
serta beriman kepada takdir semuanya'.
Dia berkata, 'Kamu benar'. Lalu dia bertanya lagi, 'Wahai
Rasulullah, apakah ihsan itu? '
Beliau menjawab, 'Kamu takut (khasyyah) kepada Allah
seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka
sesungguhnya Dia melihatmu.'
Dia berkata, 'Kamu benar'. Lalu dia bertanya lagi, 'Wahai
Rasulullah, kapankah hari kiamat itu? '
Beliau menjawab, 'Tidaklah orang yang ditanya tentangnya lebih
mengetahui jawabannya daripada orang yang bertanya, akan tetapi aku
akan menceritakan kepadamu tentang tanda-tandanya;
yaitu bila kamu melihat hamba wanita
melahirkan tuannya. Itulah salah satu tanda-tandanya.
(Kedua) bila kamu melihat orang yang tanpa alas kaki
telanjang, tuli, bisu menjadi pemimpin (manusia) di bumi. Itulah salah
satu tanda-tandanya.
(Ketiga) apabila kamu melihat penggembala kambing saling
berlomba tinggi-tinggian dalam (mendirikan) bangunan. Itulah salah satu
tanda-tandanya dalam lima tanda-tanda dari kegaiban, tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Allah, kemudian beliau membaca: '(Sesungguhnya Allah,
hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang
menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim.Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakan-Nya besok. Dan tiada seorangpunyang dapat mengetahui di bumi
mana dia akan mati.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal)(Qs. Luqman: 34).
Kemudian laki-laki tersebut bangun (mengundurkan diri), maka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:Panggillah dia
menghadapku! ' Maka dia dicari, namun mereka tidak mendapatkannya. Maka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Laki-laki ini
adalah Jibril yang berkeinginan agar kalian mempelajari (agama) karena kalian
tidak bertanya'. (HR Muslim 11)
Tiga pokok agama yang disimpulkan dari percakapan antara
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan Malaikat Jibril a.s yakni
Apakah Islam
Apakah Iman
Apakah Ihsan
Yang disampaikan oleh para Ustadz umumnya adalah 2 pokok saja yakni
Apakah Islam
Apakah Iman
Para Ustadz pada umumnya tidak menyampaikan "apakah
Ihsan"
Dari hadits di atas Rasulullah menjelaskan tentang
Ihsan adalah "Kamu takut (khasyyah) kepada Allah seakan-akan kamu
melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu."
(HR Muslim 11)
Norma, Adab, perilaku, akhlak ada didalam Ihsan. Mereka yang
bergunjing, berkeluh kesah , berkata dengan kasar, bahkan masih ada yang
berputus asa adalah karena mereka minimal tidak meyakini bahwa Allah Azza wa
Jalla melihat mereka, mereka tidak meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla mengurus
ciptaanNya dan Dia tidak tidur. (Al Baqarah [2]:255)
Muslim yang meyakini diawasi/dilihat oleh Allah -Maha Agung
sifatNya atau mereka yang dapat melihat Rabb dengan hati (ain bahiroh) atau
atau muslim yang Ihsan atau muslim yang bermakrifat maka ia mencegah dirinya
dari melakukan sesuatu yang dibenciNya, mencegah dirinya dari perbuatan
maksiat, mencegah dirinya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar. Sehingga
terwujud dalam berakhlakul karimah. Inilah tujuan Rasulullahshallallahu alaihi
wasallam diutus oleh Allah Subhanahu wa ta’ala
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya
aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR Ahmad).
Oleh karenanya seorang ustadz sebaiknya menyampaikan ketiga
pokok agama yakni Islam, Iman, Ihsan agar terbentuk muslim yang berakhlakul
karimah, muslim yang ihsan atau muslim yang bermakrifat yakni muslim yang dapat
menyaksikan Allah dengan hati mereka (ain bashiroh).
Islam dan Iman dikenal dengan syariat sedangkan Ihsan dikenal dengan tasawuf.
Imam As Syafi’i ~rahimahullah menasehatkan kita untuk
menjalankan perkara syariat sebagaimana yang mereka sampaikan dalam kitab fiqih
sekaligus menjalankan tasawuf untuk mencapai muslim yang baik, muslim yang
sholeh, muslim yang berakhlakul karimah atau muslim yang Ihsan
Imam Syafi’i ~rahimahullah menyampaikan nasehat (yang
artinya) ,”Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih
dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya.
Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu.
Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mau menjalani tasawuf, maka
hatinya tidak dapat merasakan kelezatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani
tasawuf tapi tidak mau mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi
baik (ihsan)?” [Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]
Begitupula dengan nasehat Imam Malik ~rahimahullah
bahwa menjalankan tasawuf agar manusia tidak rusak dan menjadi manusia berakhlak
baik
Imam Malik ~rahimahullah menyampaikan nasehat (yang artinya)
“Dia yang sedang tasawuf tanpa mempelajari fiqih (perkara syariat) rusak
keimanannya , sementara dia yang belajar fikih tanpa mengamalkan Tasawuf
rusaklah dia, hanya dia siapa memadukan keduanya terjamin benar” .
Imam Nawawi ~rahimahullah berkata : “
Pokok-pokok metode
ajaran tasawwuf ada lima : Taqwa kepada Allah di dalam sepi maupun ramai,
mengikuti sunnah di dalam ucapan dan perbuatan, berpaling dari makhluk di
dalam penghadapan maupun saat mundur, ridha kepada Allah dari pemberian-Nya
baik sedikit ataupun banyak dan selalu kembali pada Allah saat suka maupun duka
“. (Risalah Al-Maqoshid fit Tauhid wal Ibadah wa Ushulut Tasawwuf halaman : 20,
Imam Nawawi)
Jika mereka menjalankan perkara syariat tidak diikuti dengan
menjalankan tasawuf atau mereka tidak memperhatikan amalan batin mereka maka
mereka akan sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah
sampaikan sebagai "Shalat mereka tidak sampai melewati batas
tenggorokan" (HR Muslim 1773) maknanya sholat mereka
sebatas dzahirnya saja atau amalan lahirnya saja, tidak sampai kepada bathin
(qalbu) mereka atau tidak bermanfaat atau mempengaruhi kepada hati atau
bathin mereka yang mengatur jasad lahir sehingga sholat mereka tidak mencegah
perbuatan keji dan mungkar, sholat mereka tidak mencegah mereka dari
bergunjing, berkeluh kesah , berkata dengan kasar, bahkan masih ada yang
berputus asa.
Selengkapnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda “akan muncul suatu firqah/sekte/kaum dari umatku yang pandai
membaca Al Qur`an. Dimana, bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan
dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat kalian daripada shalat mereka. Juga
puasa mereka dibandingkan dengan puasa kalian. Mereka membaca Al Qur`an dan
mereka menyangka bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun
ternyata Al Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka. Shalat mereka tidak sampai
melewati batas tenggorokan. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah
meluncur dari busurnya” (HR Muslim 1773)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Barangsiapa
yang shalatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia tidak
bertambah dari Allah kecuali semakin jauh dariNya” (diriwayatkan oleh ath
Thabarani dalam al-Kabir nomor 11025, 11/46)
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Sesungguhnya
shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” (QS al Ankabut [29]:45).
Sholat mereka tidak menumbuhkan keyakinan akan pengawasan Allah atau pengawasan Allah tidak tertanam dalam jiwanya atau qalbunya.
Segelintir kaum muslim, ibadah sholat mereka sekedar
upacara keagamaan (ritual) atau gerakan-gerakan yang bersifat mekanis (amal)
yang sesuai syarat dan rukun-rukunnya (ilmu), sebagaimana robot sesuai
programnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
Allah tidak melihat kepada rupa kalian, tetapi Allah melihat kepada hati kalian.”
(HR Muslim)
Tidaklah mereka mencapai sholat yang dikatakan oleh
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahwa “Ash-shalatul Mi’rajul
Mu’minin“, “sholat itu adalah mi’rajnya orang-orang mukmin“. yaitu naiknya
jiwa meninggalkan ikatan nafsu yang terdapat dalam fisik manusia menuju ke
hadirat Allah.
Dalam sebuah hadist Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: “Sesungguhnya kalian apabila sholat maka sesungguhnya ia
sedang bermunajat (bertemu) dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerti
bagaimana bermunajat dengan Tuhan”
Allah berfirman yang artinya, "Sesungguhnya
sembahyang (Sholat) itu memang berat kecuali bagi mereka yang khusyu’
yaitu mereka yang yakin akan berjumpa dengan Tuhan mereka, dan
sesungguhnya mereka akan kembali kepadaNya”. (QS. Al-Baqarah 2 :
45).
Sekian dulu sobat sedikit berbagi tentang All About Iman, Islam, and Ihsan ini, semoga dapat memtik buah dari pelajarannya tersebut dan mendapatkan semaksimal mungkin apa yang sudah menjadi mayoritas pertanyaan.
Wassalam
0 Response to "All About Iman, Islam, and Ihsan"
Posting Komentar